Maafin aku mah
Setelah selesai melihat lokasi,
maka aku memutuskan untuk ikut ke rumah temanku, Jefri. Jefri adalah temanku
waktu SMP. Teman biasa aja ya, ga ada yang lebih. Sumpah deh ga boong. Gue
normal kok. Kami baru aja mengunjungi tanah milik temanku yang dititipkan
kepadaku untuk dijual.
Sore itu, matahari yang dalam perjalanannya menuju tempat terbenam ke persembunyian semunya masih cukup percaya diri untuk menampakkan senyumannya sehingga langit sangat cerah. Awan yang sedang berkumpul ria dengan teman-temannya berhasil membuat suhu lingkungan pas. Ditambah lagi, tiupan angin yang cukup dermawan menyebabkan sore itu menjadi sore yang sempurna. “Aku harus sekuat tenaga menjual tanah itu supaya aku dapat uang banyak.” Ujarku dalam hati kecilku. Wuusshh. Aku yang baru aja dijanjikan akan mendapat bagian yang begitu besar jika tanah itu terjual melalui aku, langsung aku mengkhayal bahwa tanah itu sudah terjual lewatku dan aku mendadak jadi milyarder. Banyak banget gan. Jangan minta duit ya.
Setelah menghabiskan waktu di
jalan sambil menikmati sore yang indah, kami tiba di rumah Jefri. Di sana, aku
cuma berniat main fifa untuk sekedar me-refresh
diriku karena hari itu adalah hari Sabtu. Namun, azan yang sudah memanggil
membuat kami bergegas untuk menunaikan rukun Islam yang kedua itu.
*…..*
“Ah pantesan aja stiknya ga enak.
Curang lu.” Ucapku tak menerima kekalahan dari Jefri.
“Orang kalah mah selalu gitu, ada
aja alesannya.” Jefri membalas dengan percaya diri.
“Kalau berani tukeran stick deh,
gue pake yang itu, lu yang ini. Berani gak?” Nadaku mengeras.
“Siapa takut, jagoan mah pake yang mana aja
juga menang.” Balas Jefri.
Ketika layar TV sedang muncul
tampilan formasi. Aku masih ingat betul aku sedang mengganti Benteke dengan
Sturridge. Yeeah, you’re right maan. I’m Kopites and Liverpudlian. #YNWA. Iya
gue suka banget Liverpool dari kecil. Cita-cita gue mau S2 di Liverpool biar
bisa ke stadion Anfield. Dan lo baru sadar udah ngabisin waktu ga jelas buat
tulisan ga penting barusan.
Oke lanjut.
Pas lagi formasi, tiba-tiba hp
gue bunyi. Ting Nong. Hp ku mengeluarkan bunyi khas dari salah satu chat
messenger yang lagi hits belakangan ini.
“Akhirnya ada yang ngechat gue.”
Aku kaget karena biasanya hp ku sepi-sepi aja. *Curhat*
Ternyata Cuma pesan dari Pakde ku
yang mengirimkan hanya sticker. What…cuma sticker. Aku lupa sticker apa
tepatnya. Padahal sih aku berharap ada bidadari yang lagi salah ngirim chat
gitu. Huft. Akhirnya aku hanya baca aja tidak menjawabnya.
Lima menit kemudian, jam
menunjukkan pukul 6.15, hp ku bergetar. Ada telpon masuk dari Pakde. Sejenak
aku letakkan stick yang sedang kugenggam erat. Aku raih hp ku. Aku touch tombol
hijau di hp ku yang kemudian aku geser. Pertanda aku menjawab telpon dari Pakde
ku.
“Ican dimana?” Pakdeku langsung
bertanya dengan suara serius.
“Di rumah temen, kenapa Pakde?”
Tiba-tiba muncul firasat buruk.
“Di daerah mana?” Tanyanya lagi.
“Pisangan, Pakde.” Jawabku
singkat
“Pisangan deket kan. Ican
ditunggu mama di Persahabatan.” Pakdeku mencoba mengabarkan bahwa mama ku
sedang berada di rumah sakit, rumah sakit Persahabatan.
“Mama? Kenapa Mama? Ditunggu
ngapain?” Aku tersontak kaget.
“Mama tadi jatoh. Sekarang ada di
sini. Tapi gapapa, kalau mau ican kesini pelan-pelan ya naik motornya.”
Seketika tubuhku seperti tidak
bertulang. Lemas. Badanku terasa sangat berat. Tulangku tak cukup kuat menopang
berat tubuhku sendiri. Dunia seperti berhenti berputar. Kalau tidak apa-apa ga
mungkin ada di rumah sakit.
Hp aku letakkan. Teringat sore
tadi mamaku meminta aku untuk menemaninya ke pasar. Mamaku setiap hari ke pasar
untuk berbelanja bahan-bahan untuk disulapnya menjadi hidangan yang sangat
mantap untuk berjualan di pagi hari. Weekeng memang merupakan kebiasaanku untuk
menemainya ke pasar karena di hari-hari biasa aku sibuk dengan urusan kuliahku.
Namun, saat itu aku menolak dengan alasan ada janji sama teman karena suatu hal
yang menurutku penting. Gila. Aku telah memilih menomorduakan mamaku demi
kepentingan pribadiku. Kenapa can?? Kenapa??!!!
Aku bergegas ke RS. Persahabatan
bersama Jefri. Di perjalanan rasa ga karuan terus membayangiku. Sampai di sana,
Pakdeku sedang menungguku di depan pintu.
“Mana mamah?” Teriakku pada Pakde
“Udah pulang dianterin sama yang
nabrak.” Pakdeku menjelaskan dengan cukup padat.
*kronologi*
Mamaku yang sedang pulang naik
ojek dari pasar ditabrak oleh mobil yang berjalan cukup cepat di sisi sebelah
kanan. Motor ojek yang ditumpangi mamaku jatuh ke arah kiri. Mamaku yang
duduknya menyamping ke arah kiri, otomatis langsung jatuh dengan posisi wajah
yang menghadap ke aspal langsung. Seketika darah bercucuran dari wajahnya.
Hampir seluruh wajahnya berdarah. Beberapa giginya patah. Sayuran yang
digantungkan di motor ojek pun berserakan tak menentu di aspal jalan. Kaki kiri
abang ojek tertimpa motornya sendiri yang jatuh ke arah kiri.
…….
Air mataku menetes. Satu persatu
jatuh menyentuh hidung hingga membasahi pipi. Tak kuasa aku menahan pedih. Aku
membayangi wajahnya yang begitu cantik menatapku dengan kasih sayang yang aku
sia-siakan begitu aja. Aku mau memukul diriku. Aku marah pada diriku sendiri.
Air mataku semakin deras mengalir.
Sampai di rumah. Aku peluk mamaku
yang penuh luka dan darah di wajahnya. Bengkak di dahi, hidung, pipi, dan
bibir. Semakin tak berdaya diri ini. Semakin merasa bahwa aku adalah penyebab
dari kejadian yang tidak diinginkan ini. Aku meminta maaf kepada mamaku. Aku
menyesal sedemikian hebatnya. Mamaku diam tak menjawab. Dalam hatiku, “Andai
tadi gue anterin dulu.” Tapi sayang, tidak ada kata ‘seandainya’ di dunia ini.
Sejak kejadian itu, aku bertekad untuk selalu menomorsatukan
orang tuaku. Jangan pernah untuk menomorduakannya dengan alasan apapun. Aku
berharap tidak akan ada teman-temanku yang merasakan hal yang serupa. Semoga
bisa diambil hikmahnya dari kejadian ini.
Ketika aku menulis tulisan ini, laptopku
kejatuhan air mata yang tak kuasa keluar dari mataku. Telah berjalan dua minggu
sejak kejadian itu. Mamaku masih belum bisa berjualan karena masih dalam tahap
penyembuhan. Dan hari ini, tepat tanggal 16 November 2015, mamaku berulang
tahun yang ke-45. Izinkan aku mengucapkan selamat ulang tahun kepada mamaku
tercinta. Selamat ulang tahun ya, mah. Barokah dan sehat selalu. Semoga semua hajatnya
disampaikan sama Allah. Semoga semakin sabar menghadapi anak-anaknya. Semoga
anak-anaknya bisa menjadi orang sukses di kemudian hari sehingga bisa
membanggakan mama sama bapak. Maafin aku yaaaah. Cepet sembuh yaaa maaaahhh. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar