Kicauan bocah ga jelas. Hati-hati ikutan ga jelas.

Minggu, 22 November 2015

Self Service di SPBU Pertamina

Gue menggeser tombol di sebelah kiri stang si biru ke arah kiri. Lampu sen menyala pertanda gue telah memutuskan untuk mengisi bahan bakar untuk dia. Gue arahin si biru masuk ke halaman SPBU. Terlihat raut wajah si biru yang begitu excited ketika berada di halaman SPBU.

"Seneng ya?" Tanya gue pada dia.
"Lama banget, udah aus dari tadi." Jawabnya dengan nada datar.

Sejak beberapa kilometer tadi, si biru memang telah nampak keausan. Indikator telah berada di huruf E namun gue belum menemukan SPBU. Maafin gue ya, liat kan dari tadi emang ga ada pom bensin. Eh gue bukannya ngomong sendirian ya, si biru beneran bisa diajak ngomong kok. Coba aja kalau ga percaya besok ke partek (parkiran teknik) terus lu ajak ngobrol deh. Paling ditangkep satpam dikira mau nyolong motor.

Perjalanan yang cukup panjang di tengah teriknya matahari membuat tenaga gue cukup terkuras. Gue tergoda untuk mengisi bahan bakar untuk diri sendiri. Gue parkirin motor terlebih dahulu di depan minimarket yang berdiri kokoh di sana. Sebut aja bright. Minimarket andelan pom bensin. Gue masuk ke dalam dan seketika refleks langsung ke arah minuman dingin dan mengambilnya. Setelah transaksi dengan kasir selesai, rasa dahaga sedikit hilang, walau terasa masih ada yang bagian yang kering di tenggorokan. Terlihat si biru ngiri melihat minuman dingin segar. Kasian deh.

Gue raih kunci dari saku celana. Kemudian langsung gue arahin si biru masuk ke dalam antrian untuk diisiin bahan bakar. Antriannya cukup panjang dan lama. Bikin gue pengen modelin pake promodel nih terus gue cari optimalnya *kekesambet setan permod* *efek semester 5*. Biasa gue masuk ke antrian Premium, soalnya si biru maunya bahan bakar terbaik. Dimana-mana premium quality kan pasti yang terbaik. Mana ada pertamax quality. Premium=VIP. Udahlah ga penting. Bilang aja mau yang murah.

Namun, gue baru sadar, SPBU ini berbeda dari biasanya. Yang membuatnya berbeda adalah ga ada orangnya di tiap selang. Atau bahasa SPBU nya adalah counter. Iya, ga ada orang di setiap counternya. Cuma ada satu orang yang berdiri di depan layar. Terus gue bingung. Jangan-jangan ini SPBU hantu. Nanti hantu yang ngelayanin. Gue sejenak langsung ngebayangin betapa kerennya SPBU hantu ini. Duit gue kasih ke abang-abang yang berdiri itu, terus selang bensinnya gerak sendiri ngisi ke motor gue. Atau ternyata SPBU ini pake kekuatan tenaga dalam. Seketika itu bensin motor gue terisi penuh. Wussh, Keren!

Setelah gue perhatiin orang-orang yang ditakdirin berada di depan gue dalam antrian, gue baru sadar. Ternyata di pom bensin ini ngisi bensin sendiri. Iya beneran. Gue merasa kok cemen banget ya gue baru tau. Jadi sistemnya bayar ke abang-abang di depan, dikasih kembalian kalau duitnya ga pas, terus maju ke counter, ngambil selang dan ngisi sendiri. Karena gue di antrian yang jauh, banyak orang-orang norak di depan gue yang bikin gue ngakak. Ada yang pas ngambil selang, udah kepencet gagangnya, alhasil keluar deh tuh muncrat bensin. Ada yang ngisi bensin sampe luber. Ada yang ngomong sendiri: Dari nol ya pak. Gila dasar. Ada yang selfie. Biasa orang norak. Yang paling parah, ada yang udah ngisi, terus masuk antrian lagi cuma biar pengen ngerasain lagi. Huft. Gue jadi bingung mau ketawa apa sedih. Terus ada bapak-bapak yang kayaknya udah biasa ngisi bensin di situ, dalem hatinya bilang "IYUH". Iya pak, bapak anak gaul kuningan ya pak. Maaf pak, saya cuma tukang dagang ga tau apa-apa. Ada juga yang lagi ngebet buru-buru, mungkin udah janjian COD barang sama agan kaskus takut telat. Atau dia mau ketemuan sama pembimbingnya yang udah tertunda skripsinya. Wajahnya mendeskripsikan kekesalan yang luar biasa. Kalau boleh gue baca, dia galau mau keluar antrian apa nggak ya. Duh, makanya ya pak/mas, beli pertamax dong biar ga ngantri.

Akhirnya gue nyobain rasanya ngisi bensin sendiri. Ga mau ngerasa rugi udah ngabisin waktu lama di antrian, gue ngisinya sok-sok dilama-lamain wkwkwk. Jadi pelan-pelan. Sukurin. Pas gue nengok ke belakang gue. Buset mukanya udah ijo kayak hulk. Gue sok tenang aja dalem hati, ah inimah shrek. Pantesan aja antriannya lama dan panjang, orang buat mainan gini.

Dan itulah namanya Self-Service SPBU, ngisi bensin dengan pelayanan oleh diri sendiri. Salah satu langkah buat memangkas pekerja. Iyalah yang tadinya tiap counter satu pekerja, sekarang satu orang megang 4 counter, dan itu cuma buat bayar. Semoga ga ada yang norak lagi ya kalau ketemu pom bensin kayak gitu.





Bye, Ibni.


Maafin aku mah

Setelah selesai melihat lokasi, maka aku memutuskan untuk ikut ke rumah temanku, Jefri. Jefri adalah temanku waktu SMP. Teman biasa aja ya, ga ada yang lebih. Sumpah deh ga boong. Gue normal kok. Kami baru aja mengunjungi tanah milik temanku yang dititipkan kepadaku untuk dijual.

Sore itu, matahari yang dalam perjalanannya menuju tempat terbenam ke persembunyian semunya masih cukup percaya diri untuk menampakkan senyumannya sehingga langit sangat cerah. Awan yang sedang berkumpul ria dengan teman-temannya berhasil membuat suhu lingkungan pas. Ditambah lagi, tiupan angin yang cukup dermawan menyebabkan sore itu menjadi sore yang sempurna. “Aku harus sekuat tenaga menjual tanah itu supaya aku dapat uang banyak.” Ujarku dalam hati kecilku. Wuusshh. Aku yang baru aja dijanjikan akan mendapat bagian yang begitu besar jika tanah itu terjual melalui aku, langsung aku mengkhayal bahwa tanah itu sudah terjual lewatku dan aku mendadak jadi milyarder. Banyak banget gan. Jangan minta duit ya.

Setelah menghabiskan waktu di jalan sambil menikmati sore yang indah, kami tiba di rumah Jefri. Di sana, aku cuma berniat main fifa untuk sekedar me-refresh diriku karena hari itu adalah hari Sabtu. Namun, azan yang sudah memanggil membuat kami bergegas untuk menunaikan rukun Islam yang kedua itu.

*…..*

“Ah pantesan aja stiknya ga enak. Curang lu.” Ucapku tak menerima kekalahan dari Jefri.
“Orang kalah mah selalu gitu, ada aja alesannya.” Jefri membalas dengan percaya diri.
“Kalau berani tukeran stick deh, gue pake yang itu, lu yang ini. Berani gak?” Nadaku mengeras.
 “Siapa takut, jagoan mah pake yang mana aja juga menang.” Balas Jefri.

Ketika layar TV sedang muncul tampilan formasi. Aku masih ingat betul aku sedang mengganti Benteke dengan Sturridge. Yeeah, you’re right maan. I’m Kopites and Liverpudlian. #YNWA. Iya gue suka banget Liverpool dari kecil. Cita-cita gue mau S2 di Liverpool biar bisa ke stadion Anfield. Dan lo baru sadar udah ngabisin waktu ga jelas buat tulisan ga penting barusan.
Oke lanjut.

Pas lagi formasi, tiba-tiba hp gue bunyi. Ting Nong. Hp ku mengeluarkan bunyi khas dari salah satu chat messenger yang lagi hits belakangan ini.

“Akhirnya ada yang ngechat gue.” Aku kaget karena biasanya hp ku sepi-sepi aja. *Curhat*
Ternyata Cuma pesan dari Pakde ku yang mengirimkan hanya sticker. What…cuma sticker. Aku lupa sticker apa tepatnya. Padahal sih aku berharap ada bidadari yang lagi salah ngirim chat gitu. Huft. Akhirnya aku hanya baca aja tidak menjawabnya.

Lima menit kemudian, jam menunjukkan pukul 6.15, hp ku bergetar. Ada telpon masuk dari Pakde. Sejenak aku letakkan stick yang sedang kugenggam erat. Aku raih hp ku. Aku touch tombol hijau di hp ku yang kemudian aku geser. Pertanda aku menjawab telpon dari Pakde ku.

“Ican dimana?” Pakdeku langsung bertanya dengan suara serius.
“Di rumah temen, kenapa Pakde?” Tiba-tiba muncul firasat buruk.
“Di daerah mana?” Tanyanya lagi.
“Pisangan, Pakde.” Jawabku singkat
“Pisangan deket kan. Ican ditunggu mama di Persahabatan.” Pakdeku mencoba mengabarkan bahwa mama ku sedang berada di rumah sakit, rumah sakit Persahabatan.
“Mama? Kenapa Mama? Ditunggu ngapain?” Aku tersontak kaget.
“Mama tadi jatoh. Sekarang ada di sini. Tapi gapapa, kalau mau ican kesini pelan-pelan ya naik motornya.”

Seketika tubuhku seperti tidak bertulang. Lemas. Badanku terasa sangat berat. Tulangku tak cukup kuat menopang berat tubuhku sendiri. Dunia seperti berhenti berputar. Kalau tidak apa-apa ga mungkin ada di rumah sakit.

Hp aku letakkan. Teringat sore tadi mamaku meminta aku untuk menemaninya ke pasar. Mamaku setiap hari ke pasar untuk berbelanja bahan-bahan untuk disulapnya menjadi hidangan yang sangat mantap untuk berjualan di pagi hari. Weekeng memang merupakan kebiasaanku untuk menemainya ke pasar karena di hari-hari biasa aku sibuk dengan urusan kuliahku. Namun, saat itu aku menolak dengan alasan ada janji sama teman karena suatu hal yang menurutku penting. Gila. Aku telah memilih menomorduakan mamaku demi kepentingan pribadiku. Kenapa can?? Kenapa??!!!
Aku bergegas ke RS. Persahabatan bersama Jefri. Di perjalanan rasa ga karuan terus membayangiku. Sampai di sana, Pakdeku sedang menungguku di depan pintu.

“Mana mamah?” Teriakku pada Pakde
“Udah pulang dianterin sama yang nabrak.” Pakdeku menjelaskan dengan cukup padat.

*kronologi*

Mamaku yang sedang pulang naik ojek dari pasar ditabrak oleh mobil yang berjalan cukup cepat di sisi sebelah kanan. Motor ojek yang ditumpangi mamaku jatuh ke arah kiri. Mamaku yang duduknya menyamping ke arah kiri, otomatis langsung jatuh dengan posisi wajah yang menghadap ke aspal langsung. Seketika darah bercucuran dari wajahnya. Hampir seluruh wajahnya berdarah. Beberapa giginya patah. Sayuran yang digantungkan di motor ojek pun berserakan tak menentu di aspal jalan. Kaki kiri abang ojek tertimpa motornya sendiri yang jatuh ke arah kiri.

…….

Air mataku menetes. Satu persatu jatuh menyentuh hidung hingga membasahi pipi. Tak kuasa aku menahan pedih. Aku membayangi wajahnya yang begitu cantik menatapku dengan kasih sayang yang aku sia-siakan begitu aja. Aku mau memukul diriku. Aku marah pada diriku sendiri. Air mataku semakin deras mengalir.
Sampai di rumah. Aku peluk mamaku yang penuh luka dan darah di wajahnya. Bengkak di dahi, hidung, pipi, dan bibir. Semakin tak berdaya diri ini. Semakin merasa bahwa aku adalah penyebab dari kejadian yang tidak diinginkan ini. Aku meminta maaf kepada mamaku. Aku menyesal sedemikian hebatnya. Mamaku diam tak menjawab. Dalam hatiku, “Andai tadi gue anterin dulu.” Tapi sayang, tidak ada kata ‘seandainya’ di dunia ini.

Sejak kejadian itu, aku bertekad untuk selalu menomorsatukan orang tuaku. Jangan pernah untuk menomorduakannya dengan alasan apapun. Aku berharap tidak akan ada teman-temanku yang merasakan hal yang serupa. Semoga bisa diambil hikmahnya dari kejadian ini.


Ketika aku menulis tulisan ini, laptopku kejatuhan air mata yang tak kuasa keluar dari mataku. Telah berjalan dua minggu sejak kejadian itu. Mamaku masih belum bisa berjualan karena masih dalam tahap penyembuhan. Dan hari ini, tepat tanggal 16 November 2015, mamaku berulang tahun yang ke-45. Izinkan aku mengucapkan selamat ulang tahun kepada mamaku tercinta. Selamat ulang tahun ya, mah. Barokah dan sehat selalu. Semoga semua hajatnya disampaikan sama Allah. Semoga semakin sabar menghadapi anak-anaknya. Semoga anak-anaknya bisa menjadi orang sukses di kemudian hari sehingga bisa membanggakan mama sama bapak. Maafin aku yaaaah. Cepet sembuh yaaa maaaahhh. Aamiin.

Minggu, 15 November 2015

Waktu Istirahat Sekolah Pada Ngapain Sih?

Kriiiingggg...

"Yahhh bel." Ucap anak-anak muna yang sok nyesel kalau bel istirahat bunyi. Padahal, dari tadi mereka gerutu lama banget bel pelajaran.

"Oke, kita akhiri sampai di sini, silakan halaman 242 no 1-312 buat PR. Sampai ketemu lagi." Ucap si Killer.

Si Killer adalah sebutan untuk guru yang hobinya membunuh. Membunuh keceriaan anak-anak dengan PR nya. Si Killer ini termasuk guru yang banyak di doain sama muridnya. Didoain sakit biar ga masuk -_- Sayang sekali si Killer ga bisa membunuh kenangan mantan. Andai ada yang bisa membunuh kenangan mantan, pasti saya sukain. Duh ngapain masa suka sama guru sih, kan udah tua. Ehhh, bukan suka ituuu. Suka apa dong? Ya suka aja jadi bisa membunuh kenangan mantan yang menyelimuti diri ini. Dan terus lo baru sadar udah membuang waktu buat baca tulisan ga jelas.

Oke lanjut.

Waktu istirahat merupakan waktu yang krusial. Karena di waktu ini lah berbagai orang percaya dan yakin apa yang dilakukannya adalah yang terbaik demi dirinya sendiri dan kemahslahatan orang banyak. Berikut macem-macem cara orang untuk menghabiskan waktu istirahatnya.

1. Makan di Kantin
Ini yang paling mainstream. Beli jajan di kantin dan makannya di kantin. Biasanya isinya anak-anak hits yang ekstrovert. Mereka cenderung lebih senang keramaian dan yakin bahwa di keramaianlah otak mereka bisa di-refresh.

2. Jajan di Kantin, Makan di Kelas
Kalau ini yang biasanya pengen jajan tapi nggak suka keramaian. Jadi terpaksa ke kantin buat beli jajan abis itu langsung bawa jajanannya buat dimakan di kelas. Biasanya sih juga ada maksud lain kenapa dibawa ke kelas. Salah satunya karena PR nya belum selesai. Jadi sambil ngerjain di kelas. Sukurin.

3. Bawa Bekel dari Rumah
Tujuannya bsia beda-beda. Ada yang karena uang jajan tinggal Rp27.538 padahal masih ada 20 hari lagi di depan jadi harus irit. Ada yang emang percaya bahwa makanan dari rumah adalah makanan yang paling sehat sedunia dan akhirat. Ada yang takut ke kantin. Biasanya yang takut ke kantin karena dulu pernah atau bahkan sering ke kantin, tapi mungkin karena punya pengalaman yang buruk di kantin jadi takut ke kantin. Ya misalnya ada cewek yang lagi ke kantin tiba-tiba digodain cowok-cowok. Atau... waktu dia ke kantin tiba-tiba kejatuhan cicak. *garing*. Ada juga yang alesannya karena kelasnya berada di lantai 4 dan kantinnya di bawah. Mager. Makan ager.

4. Ngerjain PR
Buat yang belum ngerjain PR, biasanya memanfaatkan waktu istirahat ini buat nyelesaiin PR nya. Mereka lebih milih kelaperan dari pada PR nya ga selesai.

5. Ke Mesjid
Yang ke mesjid jarang, masih bisa diitung jari. Paling anak-anak rohisnya doang. Tapi ada kondisi pengecualian mesjid rame, yaitu saat kelas 12 mau ujian nasional dan emang karena mesjidnya asyik. Nah sekolah gue dulu waktu SMA memenuhi syarat itu, jadinya mesjid sekolah waktu istirahat selalu rame. Bayangin aja, AC nya aja ada 15. Padahal mesjidnya kecil. Bisa kebayang adem nya kayak apa. Jadi, dulu banyak temen gue (termasuk gue) yang kalau istirahat ke mesjid.

6. Ke Perpus
Tujuannya juga bisa beda-beda. Ada yang emang literally baca buku atau minjem buku. Ini buat si rajin yang biasanya kacamata nya minus 19. Ada juga yang ngeprint. (Karena di sekolah gue tukang print ada di perpus). Ada yang pacaran di perpus. Pacaran sama buku kali. Ada yang internetan. (karena internet di sekolah gue paling kenceng di perpus). Ada yang numpang tidur. Macem-macem deh.

7. Ke Ruang BK
Buat anak-anak badung yang selama pelajaran ngelanggar dapet poin kesalahan, dan harus ngurus ke BK. Tapi ga tertutup buat anak badung doang. Kalau menjelang kelas 12 mau lulus, ruang BK sering rame buat konsultasi jurusan. Ini biasanya dilakuin sama orang-orang yang ngebet kuliah. Yang bikin statusnya tiap hari "pengen cepet2 lulus, mau kuliah." Halah, ntar baru deh rasain lo. Gimana rasanya udah kuliah mau cepet kawin aja rasanya. Inget ya nak, nikah dulu baru kawin.

Segitu dulu ya, semoga kalau sempet bisa gue lanjutin lagi. Selamat beraktivitas di akhir pekan dengan tugas-tugasmu nak!

Ibni, mahasiswa semester 5, yang lagi ga tau mau ngerjain tugas yang mana dulu, saking banyaknya.

Kamis, 12 November 2015

Rabu, 11 November 2015

Tipe Guru di Sekolah

Bismillah

Oke fans, kali ini gue akan mengajak kalian bernostalgia dengan masa sekolah. Wahai kalian yang masih sekolah, nikmatilah apa yang dirasakan saat ini, sebelum menduduki dunia kampus. Bukan ayam kampus ya. Sesungguhnya dunia kampus mempunyai tingkat kekejaman sebesar (2x-y)^2xlog(4x+sinx). Ribet kan tuh. Jadi, jangan sok-sokan bilang gue mau cepet-cepet kuliah. Ntar nyesel. Inget, penyesalan itu selalu di belakang, kalo di depan mah supir. *lupain*

Nah, karena gue sekarang jadi guru, nostalgia pertama gue akan mencoba mengklasifikasikan jenis-jenis spesies guru yang ada di sekolah. Nanti ada waktunya gue ceritain jenis spesies dosen ya. Karena guru dan dosen berbeda. Kalau dosen ini salah satunya http://cerita-icanbunbun.blogspot.co.id/2015/11/dosen-kuno-bego.html Untuk guru, iya, jadi gue bakal identifikasi doi berasal dari famili apa genus apa ordo apa wakak. Langsung aja check this out!



TIPE GURU DI SEKOLAH MENURUT GUE

Si Rajin
Si rajin ini adalah sebutan buat guru yang nggak males. Iyalah! Nenek-nenek lagi push up juga tau! *garing*. Lanjut. Si rajin ini ngerasa bahwa datang sebelum bel dibunyikan adalah sebuah kewajiban mutlak, fardhu ain. Jadi, doi bakal udah duduk manis duluan di kelas sebelum muridnya dateng semua. Hampir ga ada yang namanya kata telat di kamus doi. Wuihh. Atau… emang doi yang nggak punya kamus haha. Tapi gue yakin di balik itu semua, si rajin ini punya alesan yang beda-beda pastinya.
Menurut pengamatan sederhana gue waktu dulu sih yang pertama karena emang doi idealis. Orang yang kayak gini sangat susah di pengaruhi lingkungan. Prinsip dirinya lebih kuat dari lem powerglue!! Haha. Alesan yang kedua bisa terjadi karena doi butuh duit. Jadi doi nggak mau telat karena takut gajinya dipotong wakakak. Maaf ya pak bu. Jangan marah. Semoga bapak dan ibu guru nggak baca. Kalau baca dan kesel, silakan tinggalin tulisan ini sekarang juga *peace*. Tapi, tenang aja pak bu. Guru bertipe kayak gini biasanya banyak yang doain kok. Doain sakit atau kenapa-napa biar ga masuk. Canda hehe.
Tipe yang kayak gini juga rajin dalam bikin soal ujian. Doi bakal rela ngabisin waktunya buat bikin soal sendiri dengan tingkat kesulitan yang hmm…. Sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tipe ini biasanya ditakutin sama sebagian murid. Iya, murid yang rajin juga. Nah, kalau populasi guru kayak gini ga terlalu banyak, ya sekitar 2,4-5,8% dari total populasi guru di sekolah.


Si Gabut
Tipe ini kebalikannya si rajin. Ini tipe guru yang disukain sama sebagian murid. Iya, tapi murid yang ga niat belajar. Kebanyakan spesiesnya adalah wanita atau ibu-ibu. (maaf bu) tapi emang bener kok. Ciri utamanya adalah jarang ngajar. Padahal pas pagi-pagi atau pas lagi istirahat kita liat doi di sekolah. Tapi, pas giliran jam pelajarannya, doi ga ngajar. Kan hebat. Atau, doi masuk kelas tapi di telat. Pas jam pelajaran tinggal 5 menit 45 detik lagi, baru deh menampakkan batang hidungnya di kelas.  Atau ada juga yang dateng dari awal, tapi di kelas kerjaannya nerima telpon dan ngobrol lama di telpon. Mungkin doi sibuk. Atau emang pura-pura ada telpon aja biar dikira sibuk terus ada alesan ga ngajar. Atau emang udah bikin skenario sama temennya suruh telpon dia.
“Jon, nanti aku ada ngajar jam 10, nah tolong telpon aku jam 10.15 yaaa.”
“Oke buut.”
Yaaa kurang lebih kayak gitu lah skenario yang dibuat *gubraaak*

Ada juga yang dateng dari awal ke kelas. Peralatan yang dibawa: laptop. Nah ngajarnya pake PPT. Eh bukan ngajar sih, cuma bacain slide di PPT. *banyak kan guru gitu huft*. Duh ibu, tolong ya, nenek-nenek ubanan warna ungu juga bisa baca, ga perlu dibacain juga.
Si gabut ini guru yang keliatannya paling ga ada beban, padahal emang ga ada beban. Ketika guru-guru lain sibuk meriksa tugas atau PR, nah si gabut ini malah dandan. Iyalah orang ga pernah ngasih PR.

Keistimewaannya, kalau pas ujian, si gabut ini keren. Ketika guru-guru lain pada sibuk bikin soal, nah si gabut ga bikin apa-apa. Ternyata soal ujiannya pasti sama setiap tahun. Buset. Nah kerjaannya murid kalau mau ujian pelajaran yang diajar sama si gabut ini adalah menjilat kakak kelas, biar dikasih soal tahun lalu. *bilang aja modus* 


(bersambung) 

Minggu, 08 November 2015

Mulai Sekarang




MULAI SEKARANG KITA PUTUS!!!

Ga deng, becanda. Serius banget kayak lagi simak UI.

Bosen ah sama tulisan serius. Jangan serius-serius ya, ntar jadian. Ga deng. Jangan serius-serius deh mendingan, emangnya UTS. Jadi, setelah ini gue mau nulis yang ga serius-serius amat, serius bmat aja (pasti ga ngerti). Keresahan-keresahan yang gue rasain dimanapun gue berada bakal gue tulis disini, termasuk keresahan yang pernah gue lalui dulu-dulu. Gue mau mengambil patahan memori yang mengandung keresahan-keresahan itu. Bye all!

SELAMAT MEMBACA!!!!
wahai makhluk halus yang setia membaca blog ga jelas ini.

Sabtu, 07 November 2015

Solusi Untuk Indonesiaku, Versi Keegoisanku

Assalamualaikum wr. wb

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Sang Maha Pembolak-balik Hati, yang sampai detik ini masih memberikan bertrilyun nikmatnya kepada kita, yang dengan kalkulator tercanggih mutakhir masa kini terbarukan inovatif dan sebagainya, niscaya kita tidak akan dapat menghitungnya.

Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta para sahabat, keluarganya, dan pengikutya hingga akhir jaman.

Kali ini aku akan share pikiran egoisku yang secara tiba-tiba memberontak keluar tanpa bisa aku jaga lagi. Jadi, suatu hari, aku mendapat pertanyaan sebagai berikut:

Melihat kondisi Indonesia pada saat ini, apa solusi yang bisa kamu tawarkan untuk kemajuan Indonesia?




Langung aku jawab dengan jawaban sebagai berikut.

Yaudah kalo Indonesia mau maju, ya gampang, caranya tinggal melangkah ke depan dan jangan mundur. Dengan begitu kau akan maju deh. GA DENG. hehehehe

Kondisi Indonesia saat ini bisa aku analogikan seperti benang kusut. Hampir semua aspek telah berantakan dan saling berkaitan satu sama lain. Semua orang tau, jika ada benang kusut dan ada orang yang ingin membetulkan benang tersebut akan terasa cukup sulit. Apabila benang tersebut ditarik satu di satu bagian, kemungkinan justru akan mengakibatkan terbentuknya bagian lain yang lebih rumit. Hal ini akan berlangsung terus-menerus sehingga belum ada jalan keluarnya. Benang kusut tersebut mungkin akan bisa lurus kembali jika proses pembetulannya dilakukan oleh orang yang sabar, telaten, teliti, fokus. Tapi tentunya dibutuhkan waktu yang sangat lama.

Nah solusi dari aku yang cukup ekstrim ialah membuang benang kusut tersebut dan membeli benang baru. Ini berarti saya menawarkan untuk membumihanguskan Indoensia, kemudian mendirikan ulang negara ini.

Kurang lebihnya mohon maaf Indonesia. Serem yak *kabur* *tarik selimut*

Sekian dan terima kasih
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamualaikum wr. wb

Jumat, 06 November 2015

Asal Usul Nama Gue

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh!!!

Halo semuanya! Di sela-sela beratnya beban yang dipikul di semester 5, gue mau sedikit berbagi cerita nih. Inget ya cuma sedikit. Sebuah cerita tentang nama gue yang begitu bervariasi.

Nama lahir gue Ibni Ikhsan Ramadhiansyah, Anak laki-laki yang baik lahir di bulan Ramadhan. Walaupun sekarang udah ditambahin depannya jadi Ahmad Muhammad gara-gara sering kecelakaan (kapan-kapan gue ceritain), nama di akte kelahiran sih masih tetep sama kayak lahir soalnya ribet kalo ganti-ganti akte gitu, nanti pasti semuanya berubah kayak ijasah dll. Cukup power ranger aja yang bisa berubah.



Dengan nama asli gue itu, menyebabkan orang-orang di sekeliling gue mendapat rangsangan yang berbeda-beda dalam manggil gue. Nah di kesempatan yang insya Allah di rahmati oleh Allah ini. Gue mau nyeritain asal usul nama gue yang bermacam-macam hehe. Emangnya cuma provider yang bisa macem-macem.

Gue membaginya berdasarkan nama-namanya dulu, baru kemudian gue bagi berdasarkan timeline fase metamorfosis hidup gue ya. Tapi maaf gue ga melewati masa kepompong, jadi kalau mau nyari kepompong jangan di sini ya, silakan tinggalkan blog ini sekarang juga.

1. Ican
Nama Ican berasal di masa balita. Orang tua gue bermaksud untuk memberikan nama panggilan ke gue yaitu Ikhsan. Akan tetapi, di masa balita ini, abang gue yang lahir 2 tahun lebih dulu dibanding gue, pada waktu itu cadel huruf S. Alhasil, dari Ikhsan menjadi Ican. Mungkin abang gue orangnya jago mempengaruhi sekitar, jadi semua keluarga gue ikutan manggil Ican. Inilah asal-usul muncul nama Ican.

2. Ibni
Ibni emang nama asli, Biasanya Ibni buat nama panggilan dari guru, biasalah, guru kan manggilnya nama depan di absen. Nama ini kurang begitu populer di kalangan teman, kerabat, sanak famili, dll. Beberapa orang keluarga gue juga ada yang ga tau kalau nama gue Ibni hehe. Karena menurut gue nama ini terlalu formal dan kurang terlalu familiar untuk lidah wkwk. Coba aja, manggilnya "Ni", atau "Ib". Ga enak kan, gantung wkwk. Tapi malah selama 3 tahun di menempuh masa putih abu-abu, semua temen gue dan guru manggilnya Ibni.

3. Ikhsan
Cukup sering mendengar nama ini ketika di masa SD. Karena mama gue emang maunya ngasih nama Ikhsan dan di sekolah ga ada yang cadel huruf S kayak abang gue waktu kecil, maka nama ini jadi cukup populer di SD.

4. Bunbun
Nah, ini yang fenomenal. Bunbun. Kata bunbun berasal dari muka gue yang katanya bunder waktu kecil. Akhirnya terciptalah kata Bunbun. Sekarang, bunbun dipakai di semua nama social media yang gue punya hehehe.

5. Bewok
Ini nama baru soalnya bewok gue tumbuh terlalu cepat di luar kontrol -_-

Nah itu nama-nama panggilannya. Sekarang mau coba gue paparkan penggunaannya berdasarkan timeline.

1. Masa Balita
Di masa ini hampir semua manggil Ican

2. Masa TK
Di masa ini gue dipanggil Ikhsan. Kayak yang di atas udah di jelasin, mungkin karena mama gue emang mau namainnya Ikhsan, jadi pas daftar TK ketika nulis nama panggilannya Ikhsan.

3. Masa SD
Di masa ini, terbagi menjadi dua, yaitu di sekolahan dan di pengajian.
Di sekolahan, gue juga dipanggil Ikhsan, entah itu temen atau guru. Kenapa guru TK ga manggil Ibni? Karena dulu absen di SD, nama gue tulisannya I.Ikhsan. Jadi otomatis dipanggilnya Ikhsan hehe.
Di pengajian, gue dipanggil Ibni. Karena di absen pengajian, nulisnya Ibni wkwk. Untung aja waktu itu ga ada temen SD yang ngajinya bareng, pasti dia bingung mau manggil siapa.

4. Masa SMP
Pas mos SMP, gue nulis nama gue gede di nametag dengan tulisan ICAN. Jadinya temen-temen SMP pada manggil Ican deh. Tapi guru gue di SMP semuanya manggil Ibni.

5. Masa SMA
Di SMA, sebenernya gue pingin dipanggil Ican juga. Tapi ternyata di kelas 10 pertama gue dudukin, yaitu kelas 10F, ada temen gue yang namanya Ican juga. Akhirnya gue ngalah deh pas mos gue nulis nama panggilannya Ibni. Semua guru-guru juga manggilnya Ibni. Pas jaman-jaman udah main social media, dan temen-temen pada tau icanbunbun, akhirnya temen-temen berubah, manggil gue dengan sebutan Bunbun. Sampe lulus pun terkenal dengan sebutan bunbun. Faktor yang lain  yaitu temen gue di SMA yang dari satu SMP yang sama cuma 1 orang dan itu ga pernah sekelas hehe. Jadi ga ada yang tau sama sekali nama gue Ican hehe. Di buku tahunan pun, nama panggilan gue Ibni dan Bunbun.

6. Masa Kuliah
Di kuliah gue mau balikin lagi nama Ican gue. Pas ospek juga gue tulis nama gue Ican. Akhirnya semua manggil Ican deh. Terus pas bewok gue numbuh banyak, jadi dipanggil bewok, terutama sama bapak gue -_-

Udah ya segitu aja, thank you all! Have a nice day!!!

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Minggu, 01 November 2015

Nostalgia dengan Rubiks Cube (Speedcubing)

Beberapa hari yang lalu, ketika aku tengah asyik memandangi gadget yang kumiringkan, yang merupakan pertanda aku sedang bercengkrama erat dengan dunia mayaku, clash of clans, tiba-tiba, Ting Nong, smartphone ku mengeluarkan bunyi khas tersebut. Aku mengerti bahwa si hp ini ingin memberikan notifikasi bahwa ada yang mencoba menghubungiku via aplikasi chat, sebut saja Line. "Ah menganggu saja." gumamku. Setelah aku tutup sejenak COC dan membuka chat tersebut, ternyata temanku mengirim sesuatu yang sontak mengejutkanku. Video aku sedang menyelesaikan rubik.

Aku langsung teringat masa dimana ujian nasional tingkat SMP tinggal beberapa bulan lagi. Bukannya belajar, waktu tersebut malah aku isi dengan belajar main rubik yang awalnya aku lihat di acara tv. Aku kagum dengan orang yang bisa menyelesaikan rubik 3x3 dengan waktu di bawah 10 detik dan memecahkan rekor dunia (7 detik pada saat itu). Aku tertantang dan bertekad harus bisa lebih cepat. Aku belajar dari awal dan aku benar-benar menekuni bidang tersebut. Aku bawa rubik ke sekolah untuk menularkan permainan tersebut di sekolah. Banyak teman yang dari sama sekali ngga bisa menjadi cukup ahli karena tertarik dengan apa yang aku bawa. Aku bisa membuat perkumpulan kecil dengan teman-teman yang memiliki ketertarikan yang sama dengan rubik, khususnya speedcubing, menyelesaikan rubik secepat-cepatnya. Yang masih ku ingat si Kitting dan Dian. Singkat cerita hingga aku bisa menjadi yang tercepat di sekolah untuk rubik 3x3 (bukan sombong, realita).

Hari demi hari aku dalami. Lalu, aku iseng mencari komunitas rubik. Aku jadi tau banyak tentang rubik. Hingga menemukan beberapa lomba yang aku bersama teman-teman perkumpulan kecil yang aku buat di sekolah untuk mengikuti lomba pada saat itu. Ada yang menang ada yang kalah. Yaa, namanya juga hidup. Pada waktu itu, aku menyentuh rekor waktu tercepat 10 detik untuk rubik 3x3 dengan average 13-16 detik untuk rubik 3x3. Betapa menyenangkannya pada saat itu.

Tak puas dengan rubik 3x3, aku mencoba 2x2 dan 4x4. Kemudian ada beberapa bentuk rubik aneh yang aku pelajari. Ditambah lagi, aku semakin tertantang dengan adanya orang yang menyelesaikan rubik dengan mata tertutup, yaitu cabang blindfolded. Aku mencoba dan berhasil dengan mata tertutup. 

Dengan melihat video yang temanku kirim, aku segera mengambil kotak mainan ku. Masih ada beberapa rubik yang telah berdebu, dikacangin beberapa tahun. Beberapa ada yang udah rusak dan aku ambil satu untuk aku coba selesaikan kembali setelah hampir 5 tahun aku tidak menyentuhnya. Aku tersenyum. Rupanya aku masih ingat! Aku sedikit membuka beberapa file untuk aku coba mengingat patahan memori di kepalaku. Aku bisa solve di range 30 detik. Alhamdulillah!


Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto saya
Bocah (bau kencur) yang punya impian menjadi imam terbaik buat istri dan anak-anaknya. Bocah (penuh dosa) yang ingin ilmunya bermanfaat dengan menjadi seorang guru. Bocah (labil) yang (alhamdulillah) sudah berpenghasilan sendiri. Bocah (lugu) yang haus akan impian dan cita-cita!

Yang Kepo

Pengikut